Selasa, 31 Maret 2009

Surga di bawah telapak kaki Ibunda

Surga di bawah telapak kaki Ibunda

Dengan tergopoh-gopoh, isteri Al-Qamah menghadap Rasulullah SAW mengabarkan suaminya sakit keras. Beberapa hari mengalami naza' tapi tak juga sembuh. "Aku sangat kasihan kepadanya ya Rasulullah," ratap perempuan itu.

Mendengar pengaduan wanita itu Nabi SAW merasa iba di hati. Beliau lalu mengutus sahabat Bilal, Shuhaib dan Ammar untuk menjenguk keadaan Al-Qamah. Keadaan Al-Qamah memang sudah dalam keadaan koma. Sahabat Bilal lalu menuntunnya membacakan tahlil di telinganya, anehnya seakan-akan mulut Al-Qamah rapat terkunci. Berulang kali dicoba, mulut itu tidak mau membuka sedikitpun.

Tiga sahabat itu lalu bergegas pulang melaporkan kepada Rasulullah SAW tentang keadaan Al-Qamah. "Sudah kau coba menalqin di telinganya?" tanya Nabi. "Sudah Rasulullah, tetapi mulut itu tetap terbungkam rapat," jawabnya. "Biarlah aku sendiri datang ke sana", kata Nabi.

Begitu melihat keadaan Al-Qamah tergolek diranjangnya, Nabi bertanya kepada isteri Al-Qamah: "Masihkah kedua orang tuanya?" tanya Nabi. "Masih ya Rasulullah," tetapi tinggal ibunya yang sudah tua renta," jawab isterinya. "Di mana dia sekarang?" "Di rumahnya, tetapi rumahnya jauh dari sini."

BAKAR SAJA

Tanpa banyak bicara , Rasulullah SAW lalu mengajak sahabatnya menemui ibu Al-Qamah mengabarkan anaknya yang sakit parah. "Biarlah dia rasakan sendiri", ujar ibu Al-Qamah. "Tetapi dia sedang dalan keadaan sekarat, apakah ibu tidak merasa kasihan kepada anakmu ?" tanya Nabi. "Dia berbuat dosa kepadaku," jawabnya singkat. "Ya, tetapi maafkanlah dia. Sudah sewajarnya ibu memaafkan dosa anaknya," bujuk Nabi. "Bagaimana aku harus memaafkan dia ya Rasulullah jika Al-Qamah selalu menyakiti hatiku sejak dia memiliki isteri," kata ibu itu. "Jika kau tidak mau memaafkannya, Al-Qamah tidak akan bisa mengucap kalimat syahadat, dan dia akan mati kafir," kata Rasulullah. "Biarlah dia ke neraka dengan dosanya," jawab ibu itu.

Merasa bujukannya tidak berhasil meluluhkan hati ibu itu, Rasulullah lalu mencari kiat lain. Kepada sahabat Bilal Nabi berkata : "Hai bilal, kumpulkan kayu bakar sebanyak-banyaknya," perintah Nabi. "Untuk apa kayu bakar itu Rasulullah," tanya Bilal keheranan. "Akan kugunakan untuk membakar Al-Qamah, dari pada dia hidup tersiksa seperti itu, jika dibakar dia akan lebih cepat mati, dan itu lebih baik karena tak lama menanggung sakit", jawab Rasulullah. Mendengar perkataan Nabi itu, ibu Al-Qamah jadi tersentak. Hatinya luluh membayangkan jadinya jika anak lelaki di bakar hidup-hidup. Ia menghadap Rasulullah sambil meratap, "Wahai Rasulullah, jangan kau bakar anakku," ratapnya.

Legalah kini hati Rasulullah karena bisa meluluhkan hati seorang ibu yang menaruh dendam kepada anak lelakinya. Beliau lalu mendatangi Al-Qamah dan menuntunya membaca talkin. Berbeda dengan sebelumnya, mulut Al-Qamah lantas bergerak membacakan kalimat dzikir membaca syahadat seperti yang dituntunkan Nabi. Jiwanya tenang karena dosanya telah diampuni ibu kandungnya. Al-Qamah kemudian menghembuskan nafasnya yang terakhir dengan fasih mengucapkan kalimat syahadat. Ia meninggal dalam keadaan khusnul khatimah. Memang, surga adalah di bawah telapak kaki ibunda.

Sabtu, 21 Maret 2009

B A W E A N

Pulau Bawean

Pulau Bawean berada kurang lebih dua belas mill atau 120 kilometer disebelah utara Kabupaten Gresik (Jawa Timur). Sebelum 1974 Pulau Bawean termasuk dalam wilayah Kota Surabaya namun sejak tahun 1974, Pulau Bawean dimasukkan dalam wilayah Kabupaten Gresik karena memang letaknya lebih dekat dengan Kabupaten Gresik. Untuk mencapai Pulau Bawean di butuhkan waktu 3-6 jam dengan menggunakan kapal laut, Bawean merupakan pulau kecil yanhg dikelilingi oleh pulau-pulau lain yang lebih kecil seperti Pulau Gili barat, Pulau Gili timur, Pulau Noko, Pulau Selayar, Pulau Nusa.

Di Pulau Bawean terdapat dua Kecamatan, 30 desa dan sekitar 143 dusun (kampung). Dua kecamatan itu adalah Kecamatan Sangkapura yang terdiri dari 17 desa yaitu Desa Sawahmulya, Kota Kusuma, Sungaiteluk, Patarselamat, Gunungteguh, Sungairujing, Baliktetus, Daun, Kebunteluk Dalam, Sidogedung Batu, Lebak, Pudakittimur, Pudakitbarat, Komalasa, Suwari dan Deka-Tagung. Sedangkan Kecamatan tambak meliputi Desa Tambak, Telukjati, Dedawang(dhedhebeng), Gelam, Sokaoneng, Sukalila, Kalompang ghubuk, Pakalongan, Tanjunguri, Grejek, Paromaan, Diponggo, Kepuhteluk dan Kepuhlegundi.


Sejarah Bawean

Nama BAWEAN muncul pada abad ke 13, nama ini di berikan oleh Prajurit Majapahit (salah satu kerajaan terbesar di nusantara) yang berlabuh di bawean setelah kapalnya terkena badai dan menyebutnya BAWEAN yang di bahasa sansakerta berarti matahari terbit. Berdasarkan manuskrip yang ada di sangkapura, pulau bawean ini sebelumnya dikenal dengan sebutan Pulau Majdi karena bentuknya bundar seperti uang logam.sebelum islam masuk ke pulau bawean, masyarakat bawean menganut paham animisme ( penyembah roh dan kekuatan gaib), hal ini bisa di telusuri dari cerita adu kesaktian antara Mavlana Omar Mas'od VS Raja Babileono. Raja babileono seorang penyihir animisme yang sakti mandraguna. namun berkat Allah SWT Omar Mas'od bisa mengalahkan raja babileono.

Ada juga yang menyebut BAWEAN = babi jadian, babian ini hanyalah masalah pronounciation, karena bahasa bawean mendapat unsur pengaruh dari bahasa madura dimana huruf W dibaca menjadi B. terkenal cerita bahwa Raja Babileono adalah seorang raja yang gemar memelihara babi dan mempunyai ternak babi yang banyak sekali. sehingga raja Babileono dikenal juga dengan sebutan Raja Babi. pada masyarakat animisme memelihara babi sudah menjadi biasa, bahkan hewan babi itu juga disembelih dijadikan makanan . seperti pada masyarakat Dayak di Borneo yang masih memelihara babi.


Kesenian Bawean

Senjata tradisional orang Bawean adalah pedang. Pedang di gunakan oleh Raja Bawean pada zaman dahulu seperti yang ada di desa kumalasa, dan Pendekar Pokolan menggunakan pedang dan pisau sebagai senjatanya. Pada zaman sekarang terkenal juga Celurit karena ada pengaruh dari Madura, bukan hanya di bawean tapi di jawa Timur celurit menjadi senjata khas. Seni pertahanan diri orang bawean adalah = POKOLAN, merupakan salah satu aliran pencak silat di nusantara. Pencak Silat yang ada di jawa timur dan madura berasal dari pokolan bawean. pokolan bawean mirip seperti silat cekak ustazd hanafi di malaysia tapi pokolan bawean lebih mematikan, teknik pukulan tangan dengan cara menekuk jari tangan (orang bawean menyebutnya Nyotok/ Sotok). Tidak di genggam seperti karate. Ini berfungsi untuk mematahkan tulang rusuk lawan. Pokolan Bawean kini berkembang di Singapore (Pencak Pokolan Bawean). Kesenian tradisional Bawean umumnya terpengaruh budaya melayu dan islam.sebut saja seni balas pantun yang akrab di sebut Mandiling oleh orang Bawean ada juga Budaya khas orang Bawean yaitu "Makabin-kabin", ini adalah pernikahan adat orang Bawean yang dirayakan 7 hari 7 malam.


Islam di Pulau Bawean

Sebelum Maulana umar Mas'ud, ada sunan bonang (Raden Makdum Ibrahim) yang lebih dulu menyebarkan islam di pulau majedi (bawean), kemudian ada waliyah zainab bersama suaminya Pangeran Seda Laut. Kemudian barulah Maulana Umar Mas'ud. Pada permulaan abad ke XVI (kira-kira tahun 1501 Masehi) datanglah ke Pulau Bawean seorang bernama Maulana Umar Mas'ud (nama asalnya adalah Pangeran Perigi). Beliau adalah cucu dari Sunan Derajat (Sayid Zainal Alim), iaitu anak yang kedua dari Susuhunan Mojoagung (putera Sayid Zainal Alim yang tertua). Maulana Umar Mas'ud datang ke Pulau Bawean dari Pulau Madura. Beliau datang ke Madura bersama saudaranya yang bernama Pangeran Sekara. Pangeran Sekara ini menetap di Madura serta beristeri di sana ( di Arosbaya), sedangkan Pangiran Perigi (Maulana Umar Mas'ud) keluar dari Madura menuju ke arah utara sehingga sampai di Pulau Bawean dan mendarat di sebuah desa yang sekarang bernama Kumalasa. Konon menurut cerita, beliau datang ke Bawean dari Madura dengan menaiki seekor ikan.

Pada mulanya setelah tiba di Pulau Bawean, Maulana Umar Mas'ud tidak langsung mengajarkan dan menyiarkan agama Islam, tetapi pertama yang beliau lakukan ialah bergaul dengan penduduk setempat dengan ramah tamah sehingga dalam pergaulan itu sudah tidak ada perasaan bahawa beliau adalah orang asing. Pergaulan beliau dengan orang-orang sekitar dusun yang beliau tempati sangat erat sekali, sehingga semua orang yang beliau kenal menaruh kepercayaan kepada beliau. Apa lagi di dusun itu sudah lebih dahulu datang seorang muslim, namun kedatangannya tidak bermaksud dan tidak berfungsi sebagai mubaligh. Tak berapa lama Maulana Umar Mas'ud mendapat berita bahawa Pulau Bawean diperintah oleh seorang Raja yang menganut faham animisme. Raja itu sangat dipatuhi oleh rakyatnya sehingga rakyatnya pun mengikut kepercayaan yang dianuti Rajanya. Setelah Maulana Umar Mas'ud mendengar berita yang demikian itu, maka berangkatlah beliau menuju dusun Panagi, tempat kedudukan Raja Babileono memerintah. Maksud beliau mengunjungi Raja itu ialah akan mencari kebenaran berita yang diperolehinya. Dan apabila memang benar demikian, beliau akan mengajak dan menyeru Raja tersebut kepada Agama Islam. Kerana beliau berkeyakinan, apabila Raja itu nanti mahu memeluk Agama Islam, maka semua rakyatnya akan mengikuti pula. 

Al-kisah, setelah Maulana Umar Mas'ud tiba di dusun Panagi dan berjumpa dengan Raja Babileono, benarlah berita yang beliau peroleh, bahwa Raja itu berkepercayaan animisme. Dalam pertemuan itu Maulana Umar Mas'ud dengan penuh kebijaksanaan mengajak dan menyuruh Raja memeluk Agama Islam. Ajakan dan seruan beliau ditolak oleh Raja dan sampai berulang-ulang Maulana Umar Mas'ud menyatakan maksudnya itu tetapi selalu ditolak oleh Raja. Akhirnya Raja Babileono mengajukan tentangan kepada Maulana Umar Mas'ud, bahwa beliau harus mengadu sakti dan kekuatan dengan Raja serta dengan syarat, bahwa siapa yang kalah harus tunduk dan patuh kepada yang memang. Tantangan dan syarat tersebut diterima oleh Maulana Umar Mas'ud. Kemudian ditentukan waktunya serta tempat diselenggarakannya adu sakti dan kekuatan itu. Pada-waktu yang telah ditentukan maka berkumpullah semua pembantu Raja Babileono beserta rakyatnya yang ingin menyaksikan adu sakti dan kekuatan tersebut di sebuah lapangan yang sudah ditentukan pula. Raja dan Maulana Umar Mas'ud juga sudah berada di tengah-tengah lapangan. 

Sebagaimana lazimnya dengan keadaan kehidupan pemimpin-pemimpin masa dulu, demikian pula halnya dengan apa yang terjadi antara Raja Babileono dengan Maulana Umar Mas'ud. Adu sakti dan kekuatan yang terjadi antara keduanya berjalan demikian: Dengan kesaktian dan kekuatan ilmu batinnya, Raja Babileono merebahkan pohon kayu yang sangat besar tanpa alat dan bantuan sesiapapun. Raja mempersilakan Maulana Umar Mas'ud supaya menegakkan kembali pohon kayu yang sudah rebah itu. Semua yang hadir menunggu apa yang akan dilakukan oleh Maulana Umar: Mas'ud dalam usahanya menegakkan kembali pohon itu. Maulana Umar Mas'ud berjalan dengan tenang menghampiri dan mendekati pohon besar yang tumbang itu dan menyapu sebahagian batang pohon tersebut dengan tangannya kemudian pohon itu bergerak dan tegak kembali seperti sediakala. Sekarang sampai giliran Maulana Umar Mas'ud. Beliau mengambil dan menghela seekor kerbau ke tengah-tengah lapangan. Kerbau itu beliau rebahkan dengan tongkat yang dibawanya. Setelah itu beliau mempersilakan Raja Babileono mengangkat dan membangunkan kerbau tersebut. Raja Babileono menghampirinya dan kemudian berusaha mengangkat dan membangunkannya. Usaha Raja sia-sia belaka. Berbagai cara dan kekuatan yang dia dilakukan, namun usahanya itu tidak membawa hasil sama sekali. Raja dipersilakan meminta bantuan para pembantunya oleh Maulana Umar Mas'ud untuk mengangkat dan membangunkan kerbau itu, tetapi usaha bantuan itu pun. sia-sia juga. Akhirnya karena Raja Babileono sudah tidak berdaya lagi untuk mengangkat dan membangunkan kerbau tersebut sekali pun sudah dibantu pula oleh para pembantunya, maka Maulana Umar Mas'ud datang menghampiri kerbau itu dan dengan tongkatnya beliau mengangkat dan membangunkannya. Gemparlah keadaan sekitar. tempat adu sakti dan kekuatan tersebut, karena kekalahan yang diderita oleh Raja Babileono. Melihat kejadian semacam itu Raja Babileono tidak dapat menahan marah dan rasa malu akan kekalahannya dan ditambah pula harus tunduk dan patuh kepada Maulana Umar Mas'ud, sebagaimana persyaratan yang sudah dibuat, maka Raja Babileono menghunus pedangnya menyerang Maulana Umar Mas'ud. Tetapi dengan pertolongan Allah Yang Maha Kuasa, Maulana Umar Mas'ud dengan cepat dan tangkas menepis serangan itu, sehingga karena kerasnya tangkisan dan pukulan. tongkat Maulana Umar Mas'ud yang mengenai pedang Raja, maka pedang itu berbalik. mengenai diri Raja Babileono sendiri. Beliau pun akhirnya meninggal dunia. Mayat Raja Babileono kemudian dibuang orang ke dalam laut. Dan dari situlah Maulana Umar Mas'ud menyebarkan Islam.Makam Maulana umar mas'ud terletak tepat di Belakang Masjid Baiturrahman (Alun-alun) Kecamatan Sangkapura Bawean, dan nama beliau juga di abadikan menjadi sebuah nama yayasan di Pulau Bawean.(bawean info)

 berbalik. mengenai diri Raja Babileono sendiri. Beliau pun akhirnya meninggal dunia. Mayat Raja Babileono kemudian dibuang orang ke dalam laut. Dan dari situlah Maulana Umar Mas'ud menyebarkan Islam.Makam Maulana umar mas'ud terletak tepat di Belakang Masjid Baiturrahman (Alun-alun) Kecamatan Sangkapura Bawean, dan nama beliau juga di abadikan menjadi sebuah nama yayasan di Pulau Bawean.(bawean info)